Download Movies Free Danur 2: Maddah (2018)

Danur 2: Maddah adalah teror yang kehabisan daya jawaban buruknya naskah. Apa perlunya horor mempunyai naskah bagus? Bukankah menjadi menyeramkan sudah cukup? Benar, tapi banyak yang lupa atau luput memahami, bahwa kengerian dan kestabilan intensitas membutuhkan kekuatan naskah. Awi Suryadi (Danur: I Can See Ghosts, Badoet) yaitu sutradara horor berbakat dengan sejumlah visi memikat soal membangun teror. Tapi Awi juga punya batasan. Tatkala (seperti film pertama) Maddah nampak kolam mozaik jump scare satu setengah jam ketimbang jalinan plot, ia pun kelabakan, menyerupai tengah menimba di sumur hingga kering, lalu mengambil tanah berair di dasar sumur, memerasnya, berharap menemukan air. Tentu cuma ada kotoran.

Saya belum membaca Maddah buatan Risa Saraswati, tapi jumlah halaman naskah ciptaan Lele Laila (Danur: I Can See Ghosts, Keluarga Tak Kasat Mata) rasanya tidak hingga setengah novel setebal 252 halaman itu. Naskah yang disusun bukan demi memberikan kisah utuh melainkan memenuhi kuota 92 menit durasinya. Caranya bebas, termasuk mengulang adegan mimpi sebanyak tiga kali. Awi pun dibebani kiprah sama. Dibantu sinematografer Adrian Sugiono (Danur: I Can See Ghosts, Jomblo Keep Smile), kamera kerap bergerak pelan, melayang layaknya arwah kehilangan tujuan yang sesekali bisa mencuatkan atmosfer mencekam, namun lebih sering terkesan cuma untuk mengulur waktu.
Prilly Latuconsina kembali sebagai Risa dan ia terlihat makin nyaman serta solid memerankan gadis indigo yang mempunyai teman-teman berwujud hantu anak kecil. Setelah mengalahkan Asih (baca: puluhan lisan menyeramkan Shareefa Daanish), Risa diminta oleh sepupunya, Angki (Shawn Adrian), menyidik rumah barunya, termasuk perilaku asing ayahnya, Ahmad (Bucek), yang  gemar mengurung diri di dalam paviliun. Risa melihat penampakan, Angki melihat penampakan, Riri (Sandrinna Michelle Skornicki), adik Risa, melihat penampakan. Semua melihat penampakan, walau tiada yang lebih mengerikan dibanding hantu yang mengikuti gerakan Tina (Sophia Latjuba) kala berzikir. That’s one of the creepiest scene in our horror movie ever.

Pondasi Danur 2: Maddah memang sekedar kompilasi penampakan yang dijahit paksa, tapi sekali lagi, Awi Suryadi yaitu sutradara horor berbakat. Mayoritas jump scare ditempatkan pada timing sempurna yang efektif memberi kejutan. Pun keputusan menempatkan versi berbeda dari adegan dalam trailer terbukti bisa mengecoh ekspektasi. Tapi tak ada elemen yang peningkatannya melebihi tata rias. Apabila Asih di film pertama cuma mengandalkan kebolehan Shareefa Daanish bermain raut muka, Maddah diberkahi keberadaan Maria Margaretha Earlene yang membuat riasan mengerikan sekaligus kreatif alih-alih sekedar gaya “muka hancur” sebagaimana banyak horor dalam negeri. Elena Viktoria Holovcsak si bintang film hantu dengan badan tinggi ditambah tawa menggelegar makin melengkapi efektivitas teror sang antagonis terbaru.
Sayangnya menyerupai ada yang lupa menyalakan lampu di set Danur 2: Maddah. Hampir tiap momen dibentuk segelap mungkin hingga sulit mengamati apa yang tersaji di layar, termasuk terornya. Jangankan paviliun, rumah sakit saja tampak menyerupai bangunan angker tanpa penghuni dengan kamar, lorong, pula musala remang-remang . Lalai menyalakan lampu, Awi dan Adrian malah asyik “bergaya” memainkan sudut-sudut kamera. Dutch tilt dan “kawan-kawan” dipakai tanpa maksud pasti, nihil memberi dampak terhadap pembangunan intensitas.

Danur 2: Maddah menyimpan setumpuk kekurangan. Itu pasti. Kemudian aku coba mengingat-ingat. Selain Pengabdi Setan yang ada di level berbeda, dalam 5 tahun terakhir, berapa banyak horor lokal punya teror seefektif Maddah? Ada, tapi tidak banyak. Apalagi melihat pendahulunya, Maddah merupakan lonjakan kualitas. Keputusan aku sudah lingkaran untuk memberi nilai 3 bintang. Sampai konklusinya memberi twist menipu yang menimbulkan segala teror yang Risa hadapi berakhir percuma serta tidak masuk akal, bahkan di tataran logika horor supernatural. Oh, lagi-lagi permasalahan naskah. Masih menganggap sajian horor tidak perlu memperhatikan naskah?

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel